Langsung ke konten utama

Postingan

Kebiasaan

Coba deh kita jujur, selama ini hidup kita disibukkan oleh apa? Sesuatu yang baik kah, atau justru sesuatu yang buruk? Kenapa penting mengetahui hal ini? Karena, kita akan dimatikan sesuai dengan kebiasaan yang kita lakukan. Jika kita terbiasa melakukan sholat, puasa, berbakti pada orang tua, menuntut ilmu, berdakwah, dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnnya, maka peluang kita dimatikan dalam keadaan baik (husnul khatimah) pun semakin besar. Tapi, jika kita terbiasa melakukan maksiat, meninggalkan kewajiban, melanggar perintah Allah, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya, maka peluang kita dimatikan dalam keadaan buruk (su’ul khatimah) pun semakin besar. Wal’iyadzubillah Kadang kita terkecoh dengan bisikan-bisikan syaithan, dengan berpikir “gapapalah maksiat, toh amal shalih saya lebih banyak. Kan cuma begini doang, gak gede kok dosanya”.   Reminder untuk diri kita, bahwa amal shalih yang kita lakukan, belum tentu Allah terima, tapi kita udah bangga diri (kepedean) kalo itu ket
Postingan terbaru

Pembelajaran

  “Hendri, munaqasahmu diundur ya, hari Selasa jam 09.00” Ya, ini adalah sebuah kalimat yang datang tiba-tiba dan membuat diri saya kaget. Kenapa? Karena harusnya jadwal saya munaqasah (sidang hasil skripsi) adalah besok (hari Jum’at/24 Juni 2022), namun diundur (Selasa/28 Juni 2022) secara mendadak dengan alasan adanya rapat kepala dan sekretaris jurusan. Tentu ini merupakan takdir (ketetapan) Allah. Karena sebagai manusia, saya gak bisa memilih kejadian ini untuk terjadi, ini terjadi diluar kendali saya, secara tiba-tiba. Sebagai seorang muslim, tentu sikap saya adalah menerima ketetapan Allah. Namun, pada kejadian ini bukan diundurnya yang menjadi point inti pembahasan. Tetapi ada beberapa pembelajaran yang saya dapatkan dengan adanya kejadian ini. Pertama, belajar menerima ketetapan Allah. Memang gak mudah, apalagi ketetapan itu menurut kita gak sesuai harapan, “kenapa gini si?”. Tapi sebagai muslim yang beriman, kita harus lapang dada menerima segala ketetapan Allah, seb

Makna Syukur

Dalam hidup kita, sebenarnya semua adalah kenikmatan. Coba deh di list nikmat hidup yang kita dapet, kayaknya gak cukup seribu buku untuk nulis semua nikmat dalam hidup kita. Mulai dari sehat dan normalnya tubuh kita dengan bisa merasakan nikmat melihat, makan, bernafas, buang air, baik dan rukunnya orangtua dan keluarga kita, mudahnya urusan kita dan tentu masih sangat banyak nikmat hidup yang kita rasakan. Ya kan? Bahkan nikmat terbesar bagi manusia adalah menemukan Tuhan dan aturan yang sebenarnya, iya nikmat iman dan Islam. Sehingga menjadi muslim itu semua bisa menjadi nikmat. Bahkan kaki kita tertusuk duri saja, Allah ampuni dosa kita, karena kita bersabar dan berbaik sangka ke Allah.   Nah, dari banyaknya kenikmatan hidup yang kita rasakan, apakah kita sudah mensyukurinya? Hmm, bahkan kita bisa bersyukur pun sebetulnya sebuah nikmat baru yang harus kita syukuri lho. Jadi, syukur itu harusnya tiada henti ya, agar kenikmatan yang kita rasakan pun selalu Allah jaga dan berkahi.

Self Control (Pengendalian Diri)

  Tidak bisa dipungkiri, diri kita begitu dinamis. Kadang rajin, kadang males. Kadang seneng, kadang sedih. Kadang taat, kadang maksiat. Ya itulah manusia, lemah, terbatas, dan selalu berubah-ubah. Tentu hal itu manusiawi, karena itu tandanya kita memiliki nafsu/kecenderungan/dorongan hati yang kuat. Namun, yang mampu membuat kita menjadi “bernilai” adalah penyikapan kita terhadap hal-hal tersebut. Bagaimana cara kita menyikapi nafsu tersebut. Karena biasanya, nafsu jika tidak disikapi dengan tepat, maka akan menimbulkan keburukan. Untuk itu, maka kita memerlukan Self Control/Pengendalian Diri agar memudahkan kita untuk mengendalikan nafsu kita. Pengendalian diri adalah upaya kita dalam mengendalikan atau mengarahkan diri kita agar tetap berada pada jalan yang benar.   Yaitu jalan yang Allah tunjukkan. Artinya, pengendalian diri ini erat hubungannya dengan koneksi antara kita dan Allah. Karena kita melawan hawa nafsu kita sendiri, dan hawa nafsu cenderung untuk berbuat keburuka

Memulai Perubahan

  Mungkin banyak diantara kita yang kepengen sesuatu. Ada yang kepengen “sukses” dengan jadi pebisnis kaya raya, mahasiswa berprestasi, pembicara profesional, designer handal, dan segudang keinginan lainnya. Tapi sayangnya, itu semua berhenti di “pengen” aja. Tanpa ada aksi nyata untuk mewujudkannya. Iya, mungkin itu yang terjadi pada kita. Banyak maunya tapi nol usahanya. Punya mimpi besar tapi sehari-hari rebahan, scrolling sosmed, akhirnya muncul rasa membanding-bandingkan pencapaian diri dengan pencapaian orang lain. Kita akan jadi gitu-gitu aja, selama kita gak memutuskan untuk berubah. Dan kita gak akan bisa berubah, sebelum kita memutuskan untuk ”memulai perubahan” dengan merubah diri kita sendiri. Langkah awal untuk memulai perubahan adalah dengan mengubah kebiasaan kita. Iya, karena kebiasaan akan membentuk kepribadian/karakter kita. Kebiasaan ini juga menjadi modal penting untuk meraih mimpi-mimpi kita. Mungkin diawal memang perlu dipaksa dan gak nyaman, tapi itu

Antara Amal Shalih & Amal Salah

Amal shalih adalah perbuatan melakukan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Bentuk amal shalih tentu banyak sekali, seperti shalat, puasa, zakat, haji/umrah, berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu, menolong sesama dan masih banyak lagi. Selagi kita melakukan suatu aktivitas yang tidak melanggar syariat dan kita niatkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengharap pahala dan ridho-Nya, maka itupun termasuk amal shalih. Beramal shalih pasti menemukan tantangan, kesulitan, dan keletihan. Namun, bukan berarti kita gak jadi beramal shalih ya. Justru dengan adanya tantangan, kesulitan, dan keletihan Allah akan menambah pahala untuk kita, sekaligus kita membuktikan keseriusan kita untuk menjadi hamba Allah yang ingin dicintai-Nya. Bahkan, bukan hanya beramal shalih lho yang punya tantangan, kesulitan dan keletihan. Beramal salah (maksiat) pun sama. Iya, sama-sama ada tantangan, kesulitan dan keletihan. Tapi, bedanya kalau kita taat, maka

Menikmati Proses

Setiap kita mungkin punya mimpi yang ingin kita gapai. Entah mimpinya terlalu besar, atau mindset kita yang terlalu kecil sehingga muncul pertanyaan “bisa gak ya?” dalam benak kita. Tapi mungkin itu hanya perasaan kita aja. Iya, daripada overthinking pada sesuatu yang belum terjadi, lebih baik kita fokus untuk mengeksekusi sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, mencicil hal-hal yang bisa membuat kita lebih dekat dengan mimpi kita. Saat menjalani langkah-langkah tersebut, inilah yang disebut dengan “fase proses” dalam menggapai mimpi kita dan di fase inilah banyak hal yang akan kita dapatkan. Mulai dari pengalaman, ilmu bahkan pahala.   Pengalaman sudah pasti kita dapat, karena dalam menjalani proses kita pasti melakukan sesuatu. Saat melakukan sesuatu itu, apakah dia berujung berhasil atau tidak, yang pasti itu adalah pengalaman bagi kita, dan akan berguna nantinya ketika kita menghadapi hal yang serupa. Bukankah pengalaman merupakan guru terbaik?   Ilmu juga pasti kita