Amal shalih adalah perbuatan melakukan segala
perintah Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan segala larangan Allah dan
Rasul-Nya.
Bentuk amal shalih tentu banyak sekali, seperti shalat, puasa, zakat, haji/umrah, berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu, menolong sesama dan masih banyak lagi. Selagi kita melakukan suatu aktivitas yang tidak melanggar syariat dan kita niatkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengharap pahala dan ridho-Nya, maka itupun termasuk amal shalih.
Beramal shalih pasti menemukan tantangan, kesulitan, dan keletihan. Namun, bukan berarti kita gak jadi beramal shalih ya. Justru dengan adanya tantangan, kesulitan, dan keletihan Allah akan menambah pahala untuk kita, sekaligus kita membuktikan keseriusan kita untuk menjadi hamba Allah yang ingin dicintai-Nya.
Bahkan, bukan hanya beramal shalih lho yang punya tantangan, kesulitan dan keletihan. Beramal salah (maksiat) pun sama. Iya, sama-sama ada tantangan, kesulitan dan keletihan. Tapi, bedanya kalau kita taat, maka lelahnya kita berbuah pahala yang akan tetap ada disisi Allah, sedangkan maksiat, lelahnya berbuah dosa yang akan tetap ada disisi Allah.
Jadi, pilih mana, lelah yang berpahala atau lelah
yang berdosa?
Yang jelas pilihan kita pasti ada konsekuensinya.
Iya, konsekuensinya ada pada pengaruh ketaatan dan kemaksiatan terhadap
keberkahan hidup kita.
Biar makin klop nih, ada surat cinta dari Allah
untuk kita tentang istimewanya balasan orang yang beramal shalih.
﴿ مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ
مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٩٧ ﴾
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl [16]: 97)
MaasyaaAllah, betapa baiknya Allah dan beruntungnya orang beriman dan beramal shalih kan? Bahkan salah satu ulama tafsir yaitu Imam Ibnu Katsir rahimahullah pernah menanggapi kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa as., dalam surah al-Kahfi ayat 82 tentang ikhtiar kedua Nabi tersebut dalam menjaga harta kedua anak yatim karena ayahnya/kakeknya merupakan orang yang shalih. Imam Ibnu Katsir mengatakan yang intinya adalah kisah tersebut menjadi landasan bahwa keturunan orang yang shalih akan Allah jaga dan keberkahan amal shalihnya meliputi anak keturunannya di dunia dan akhirat.
Untuk jadi orang shalih, tentu perlu adanya kebiasaan/habits beramal shalih dalam diri kita. Maka, mulai dari sekarang kita tanamkan tekad dalam diri kita untuk membiasakan hari-hari kita melakukan amal shalih, bukan amal salah. Okay?
Nah, itu tadi tentang amal shalih, berkahnya gak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk keluarga dan lingkungannya. Keren ya hehe.
Oke,
kita bahas amal salah/maksiat.
Kita
itu, kalau gak disibukkan dengan perkara kebaikan, pasti kita disibukkan pada
perkara keburukan, minimal gak bermanfaat deh.
Biar
ada pengingat untuk kita, ada surat cinta lagi nih dari Allah tentang
orang-orang yang gak mau beramal shalih tapi maunya beramal salah.
﴿ وَمَنْ
اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ
الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى ١٢٤ ﴾
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha [20]: 124)
Yassalam, ngerinya. Sudahlah hidup tanpa petunjuk yang benar, akibatnya hidupnya terasa sempit, ngapa-ngapain gak nyaman, ngerasa kayak dirinya orang paling sengsara didunia dan lebih ngerinya lagi di hari kiamat nanti Allah akan mengumpulkan orang-orang yang suka maksiat dalam keadaan buta.
Orang
yang melihat aja belum tentu baik keadaannya di akhirat nanti, bagaimana dengan
orang yang buta? Diakhirat lagi.
Kalau buta didunia, mungkin masih ada manusia lain yang bantu. Lha, kalau buta diakhirat? Yang bantu siapa? Sedangkan semua manusia saat itu sudah sibuk dengan amalnya masing-masing.
Sebagai
penutup, kita renungi perkataan Imam Ibnu Qayyim rahimahullah yuk.
“dan diantara hukuman perbuatan maksiat adalah; kemaksiatan akan menghapuskan keberkahan umur, rizki, ilmu dan amal ketaatan. Secara global maksiat akan menghapus keberkahan setiap urusan agama dan dunia. Karenanya, tidaklah engkau dapatkan orang yang umur, agama, dan dunianya paling sedikit keberkahannya dibanding orang yang bergelimang kemaksiatan kepada Allah. Tidaklah keberkahan dihapuskan dari bumi, kecuali karena perbuatan maksiat manusia.”
Tentu
ya, kita sebagai manusia memang berpotensi melakukan kelalaian atau kemaksiatan. Tapi
bukan berarti jadi pembenaran kita bermaksiat terus menerus. Karena kita juga
bisa milih, mau berbuat taat atau maksiat.
Justru dengan adanya potensi bermaksiat dalam diri kita, semakin menjadikan kita sadar untuk berusaha menjauhi perbuatan maksiat, karena udah tau bahwa diri kita mudah kepancing. Jadi, menuruti maksiat bukanlah solusi.
Solusinya,
sibukkan diri dengan kebaikan, maka kita tidak akan sempat melakukan keburukan.
Jangan lupa share biar jadi amal shalih buat kita semua.
Saudaramu,
Hen.
Komentar
Posting Komentar